Ketika Cinta Menaungi Musa

Lain kisah Yusuf, lain pula kisah cinta Musa. Musa sebelum menjadi nabi telah mendapat ujian berat dari negerinya sebagaimana dikisahkan dalam ayat-ayat awal surat al-Qashash. Singkat cerita ia merasa bersalah karena terlibat dalam sebuah perkelahian, dengan dalih membela kerabatnya yang satu bangsa (Bani Israel) ia pun meninju mati lawannya dari bangsa keturunan Fir’aun. Setelah bertaubat atas kejadian itu, Musa dikabari akan dibunuh oleh pengawal Fir’aun dan ia pun lari hingga ke negeri Madyan. Di negeri Madyan inilah cinta Ilahi menaunginya.


Sesampai di Madyan, Musa melihat sebagian warga sedang memberi minum ternaknya, namun secara sadar ia pun memperhatikan dua wanita yang tidak pandai memberi minum ternaknya. Maka, segera setelah menanyai hal itu ia pun membantunya. Al-Qur’an merekam kejadian itu dengan menggunakan lafadz fa saqa bukan tsumma saqa (QS. Al-Qashash: 24) yang menunjukkan kesegeraan membantu keduanya tanpa menunda-nunda dengan dalih mencari perhatian. Musa bersegera pada inti persoalan: memberinya minum. Setelah itu al-Qur’an pun merekamnya kembali dengan kalimat tsumma tawalla iladz-dzilli (lalu Musa menyingkir ke tempat yang teduh) yang menunjukkan etika Musa tidak berlama-lama menunggu ucapan terima kasih dari mereka.

No comments:

Post a Comment